RADIO SUARA TANJUNG JABUNG TIMUR.
Kabupaten Tanjab Timur tak
hanya lekat dengan tradisi mandi Safar, namun juga masih melestarikan
tradisi maulidan bergenerasi. Di Desa Simbur Naik semisal, maulidan
diakhiri dengan makan bersama, dan berbagai telur rebus dalam kresek
DESA
Simbur Naik, Kecamatan Sabak Timur, Sabtu (2/1) tampak sibuk. Sejumlah
ibu-ibu terlihat membawa talam besar terbalut kain taplak meja. Selain
nampan, mereka juga membawa kantong asoy berwarna hitam dengan hiasan
bunga.
Mereka berjalan menuju ke Masjid Nurul Huda. Sebuah masjid
berusia tua berdinding kayu. Kondisinya sedang dipugar, dengan sejumlah
perbaikan di sana-sini. Di desa itu juga sudah berdiri masjid raya, dan
sekarang dalam proses pembangunan.
Di dalam masjid, bawaan tadi
mereka letakkan ke bagian belakang. Mengumpul menjadi satu karena
kemarin, warga desa sedang merayakan hari besar umat Islam. Yakni Maulid
Nabi Muhammad atau maulidan. Perayaan maulid berlangsung setiap
tahunnya. Sekilas tidak ada yang berbeda dalam perayaan itu dengan
perayaan serupa di tempat lainnya.
Seperti ceramah agama dari ustaz
setempat. Namun jika diteliti, ada sebuah tradisi secara turun temurun
dan dilakukan warga setempat. Pantauan Tribun, setelah ceramah agama.
Perayaan dilanjutkan dengan makan bersama. Di sini keunikannya.
Penyajian makanan saat makan bersama disajikan dalam nampan besar bawaan
para ibu tadi.
Dalam nampan terhampar makanan tradisional khas
setempat, termasuk terbuat dari beras yang dimasak menggunakan santan,
lalu dibungkus daun pisang. Kata warga, makanan itu bisa bertahan
hitungan hari. Selain nasi bungkus pisang, di nampan juga tersaji daging
ayam, dan lau pauk lainnya.
Satu nampan dihidangkan buat tiga-empat
warga. Selain penyajian unik, setelah selesai dan pulang, mereka
berbagi telur rebus. Para ibu membawa satu kantong plastik asoy (kresek)
yang berisi sejumlah telur rebus dan untaian bunga dari plastik.
Kata
Firdaus, seorang warga. Tradisi itu sudah berlangsung turun temurun.
"Jadi setiap warga membawa satu nampan besar berisi makanan. Selain itu
mereka juga membawa mangkok yang diisi nasi, telur dan bunga," jelasnya,
kemarin. Sebelum dibagikan kepada seluruh warga, mangkok tadi
dikumpulkan menjadi satu.
Baru kemudian diacak sehingga saling
tertukar. "Mangkuknya nanti akan bertukar dengan mangkuk warga lain.
Jadi warga harus merelakan mangkuknya dibawa warga lain, begitu juga
sebaliknya. Maksud dari semua ini, adalah sebagai ungkapan kebersamaan
satu rasa. Bukan untuk apa apa," jelas Firdaus.
Untuk telur dan
bunga did alam plastik, Firdaus mengatakan hanya sebagai ungkapan
kebahagiaan saja. "Lebih kepada tradisi kami. Hari ini kan adalah hari
kelahiran nabi. Jadi, sama seperti kelahiran anak di sini, selalu
dibawakan bunga dan telur. Namun perlu diingat, prosesi itu bukan
prosesi agama, hanya sebagai bentuk luapan kebahagiaan saja," tutup
Firdaus. (andiprimaputra)