Kurma (Phoenix dactylifera) adalah pohon yang paling banyak disebut
di Al-Qur’an, ada setidaknya 21 kali penyebutan dalam berbagai konteks.
Ini menunjukkan bahwa pohon kurma ini adalah pohon yang istimewa untuk
kehidupan manusia.
Penyebutan di Al-Qur’an tersebut bahkan juga dikuatkan dengan
berbagai hadits Nabi yang sangat banyak yang terkait dengan kurma ini.
Baik itu dalam konteks keberkahan pohon kurma – keberkahannya seperti
keberkahan seorang muslim, konteks mencegah kelaparan sampai sebagai
sumber pengobatan berbagai penyakit.
Berbagai riset modern membuktikan bahwa kurma menurunkan risiko
jantung, kanker, hipertensi, diabetes, menurunkan LDL kolesterol, dan
sebagainya. Mengkonsumsi kurma juga sangat baik dilakukan oleh ibu-ibu
yang menyusui karena buah kurma berperan dalam meningkatkan kualitas
ASI.
Pohon kurma selama ini disalah fahami sebagai tanaman orang Arab,
padahal di dearah ini khususnya di Thailand yang iklimnya sangat mirip
dengan Indonesia – mereka sudah menanam ratusan ribu hektar kurma dan
sudah merencanakan untuk menjadi eksportir kurma dunia dalam waktu yang
sangat dekat – saat ini kebun-kebun kurma mereka sudah siap panen!
Dalam hal pengembangan kurma, Indonesia masih sangat jauh ketinggalan
dibandingkan Thailand – bahkan bila tidak ada upaya untuk
menggerakkannya, sudah hampir pasti Indonesia akan menjadi importir
kurma dari Thailand menyusul impor buah lainnya seperti durian, dan
sebagainya.
Di Indonesia, pohon kurma baru sebatas hobi dan lifestyle – menanam
untuk kegemaran saja. Bahkan banyak yang mengira pohon ini tidak bisa
tumbuh baik dan berbuah di Indonesia. Dengan bukti yang sangat masif di
Thailand tersebut, keraguan ini mestinya sudah tidak perlu lagi.
Hanya memang karena ketertinggalan kita, masih sangat banyak yang
perlu dikejar. Misalnya tentang pembibitan pohon kurma yang sudah
teridentifikasi jenis kelaminnya, saat ini Startup Center masih berjuang
keras bersama FMIPA–IPB untuk bisa mewujudkannya.
Pembibitan dengan biji sudah berhasil dan bahkan sudah banyak disebar
luaskan, hanya saja pembibitan dengan biji ini belum menghasilkan jenis
kelamin pohon kurma yang teridentifikasi dari awal. Artinya masih harus
menunggu pohon-pohon tersebut berbunga paling cepat sekitar tujuh tahun
yang akan datang untuk mengetahui mana yang jantan dan mana yang
betina.
Saat itupun kita baru bisa belajar membuahkannya dengan mengawinkan
bunga jantan dan bunga betina. Artinya kita sudah ketinggalan beberapa
tahun dibandingkan negeri tetangga khususnya Thailand.
Tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, apalagi
mengingat pohon kurma bukan hanya kita perlukan buahnya. Serbuk sari
jantan bisa menjadi bahan baku industri makanan suplemen yang sangat
baik untuk kesehatan.
Lebih dari itu, pohon kurma juga disebut secara khusus di Al-Qur’an
(QS 36:34) sebagai pohon yang bisa memancarkan mata air atau bahkan
mengalirkan anak sungai (QS 19:24). Artinya kebun-kebun kurma bisa
menjadi solusi untuk konservasi mata air sebagi sumber penghidupan di
bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar